Bergabunglah di grup telegram Urie Join now

Kutipan Soe Hok Gie yang Menginspirasi: Suara Jujur dari Jiwa Idealistis

Kumpulan kutipan inspiratif dari Soe Hok Gie yang mengajak kita berpikir kritis dan merenung tentang kehidupan.

Soe Hok Gie dikenal sebagai tokoh yang lantang menyuarakan keadilan dan kejujuran. Meskipun ia meninggalkan dunia ini di usia muda, warisan pemikirannya masih hidup melalui tulisan-tulisannya yang tajam dan reflektif. Banyak dari kutipan Soe Hok Gie yang menjadi inspirasi bagi generasi muda hingga saat ini, mengingatkan kita untuk tetap teguh pada prinsip meskipun berada di tengah dunia yang sering kali tidak adil.

Berikut adalah beberapa kutipan legendaris dari Soe Hok Gie yang tidak hanya menggugah hati, tetapi juga relevan untuk menghadapi berbagai tantangan hidup.

Kutipan Soe Hok Gie

Kutipan Soe Hok Gie 1

Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan. Yang kedua, dilahirkan tapi mati muda. Dan yang tersial adalah berumur tua.

Kutipan ini sering dianggap melankolis atau bahkan pesimistis, tetapi jika kita renungkan lebih dalam, ini adalah ekspresi kegelisahan Gie tentang kehidupan manusia yang penuh dengan konflik dan penderitaan.

Bagi Gie, hidup tanpa makna jauh lebih buruk daripada tidak hidup sama sekali. Ini menjadi pengingat untuk menjalani hidup dengan tujuan yang jelas, tidak hanya sekadar eksis.

Kutipan Soe Hok Gie 2

Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan.

Kutipan ini mencerminkan keberanian Gie untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsipnya, meskipun itu berarti harus melawan arus atau berada di posisi minoritas. Dalam dunia yang sering kali penuh dengan kompromi dan kepalsuan, Gie mengajarkan pentingnya mempertahankan integritas, bahkan jika itu membuat kita merasa sendirian.

Kutipan Soe Hok Gie 3

Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita mengerti tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah.

Bagi Gie, hidup adalah perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian, dan keberanian adalah kunci untuk menjalaninya. Kutipan ini relevan bagi siapa saja yang sedang menghadapi pilihan sulit atau situasi yang tak terduga. Pesannya jelas: jangan takut untuk melangkah, bahkan ketika hasilnya belum pasti.

Kutipan Soe Hok Gie 4

Nobody can see the trouble I see, nobody knows my sorrow.

Kutipan ini mencerminkan perasaan kesepian dan penderitaan yang mendalam. Gie menggambarkan rasa sakitnya yang tidak bisa dipahami atau dilihat oleh orang lain. Ini adalah ekspresi perasaan terisolasi yang sering kali muncul ketika seseorang berjuang dengan masalah pribadi atau emosional yang tak terlihat oleh dunia luar.

Pesan dari kutipan Soe Hok Gie ini mengingatkan kita bahwa banyak perjuangan yang kita hadapi tidak dapat dilihat oleh orang lain, namun itu tetap nyata dan mendalam. Kutipan ini juga tertulis di tugu makamnya Soe Hok Gie di Musem Prasasti Jakarta Pusat.

Kutipan Soe Hok Gie 5

Kita tak pernah menanamkan apa-apa, kita tak'kan pernah kehilangan apa-apa.

Gie menyampaikan pandangan filosofis tentang keterikatan dan kepemilikan. Ia mengungkapkan bahwa tanpa investasi emosional atau pengorbanan terhadap sesuatu, kita tidak akan merasa kehilangan apa pun.

Ini adalah pemikiran tentang bagaimana ketidakberikatan atau ketidakpedulian terhadap sesuatu bisa membuat kita merasa bebas dari rasa kehilangan. Namun, ada juga implikasi tentang bagaimana hidup yang tidak terlibat secara mendalam mungkin kehilangan esensi dari pengalaman hidup itu sendiri.

Kutipan Soe Hok Gie 6

Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.

Kutipan ini menunjukkan transisi dari kesedihan ke kemarahan. Bagi Gie, kemarahan bukan hanya sekadar reaksi emosional, tetapi juga sebuah bentuk pertahanan terhadap rasa sakit yang sudah terlalu dalam.

Kemarahan menggantikan kesedihan sebagai respons yang lebih aktif dan kuat terhadap ketidakadilan atau penderitaan. Ini juga bisa mengindikasikan ketidakmampuan atau keengganan untuk terus merasakan kelemahan yang ditimbulkan oleh kesedihan, yang digantikan dengan aksi atau protes.

Kutipan Soe Hok Gie 7

Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan.

Gie menekankan bahwa patriotisme sejati harus didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang tanah air dan rakyatnya, bukan sekadar kata-kata kosong atau simbolisme. Ia mengkritik penggunaan slogan-slogan yang sering kali tidak mencerminkan tindakan nyata.

Menegaskan pentingnya mengenal Indonesia melalui pengalaman langsung, Gie menyerukan patriotisme yang tulus dan tidak hanya formalitas belaka. Ini adalah kritik terhadap sikap palsu yang sering ada di masyarakat.

Kutipan Soe Hok Gie 8

Makhluk kecil kembalilah. Dari tiada ke tiada. Berbahagialah dalam ketiadaanmu.

Kutipan ini memiliki nuansa filosofis yang dalam, menggambarkan pandangan Gie tentang kehidupan dan eksistensi. Gie berbicara tentang keterbatasan kita sebagai individu dan bagaimana kita harus menerima kenyataan bahwa segala sesuatu datang dan pergi, dan dalam ketiadaan itu, mungkin ada kedamaian atau kebahagiaan. Ini mencerminkan ketenangan yang datang dengan menerima kekosongan atau keterbatasan sebagai bagian dari hidup.

Kutipan Soe Hok Gie 9

Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: 'dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan'. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda.

Dalam quotes cinta ini Gie menggambarkan cinta, empati, dan kesedihan sebagai elemen-elemen yang memberi makna pada hidup. Tanpa kemampuan untuk merasakan dan memberi perhatian pada orang lain, hidup akan terasa kosong dan tak berarti. Ini adalah seruan untuk tetap mempertahankan kemanusiaan kita di tengah segala dinamika dunia yang sering kali dehumanisasi.

Kutipan Soe Hok Gie 10

The eagle flies alone.

Dalam kutipan singkat ini, Gie menggunakan metafora elang untuk menggambarkan prinsip individualisme dan kebebasan. Seperti elang yang terbang sendirian, Gie menyatakan bahwa perjalanan hidup yang sejati mungkin akan terasa sepi, tetapi penuh dengan kekuatan dan kebebasan. Ini adalah panggilan untuk berani berdiri sendiri dan mempertahankan prinsip tanpa bergantung pada kelompok atau orang lain.

Kutipan Soe Hok Gie 11

Aku kira dan bagiku itulah kesadaran sejarah. Sadar akan hidup dan kesia-siaan nilai.

Gie mengungkapkan pandangan tentang sejarah dan eksistensi manusia. Ia mencatat bahwa kesadaran akan sejarah bisa membawa pada pemahaman tentang nilai hidup yang sering kali dianggap sia-sia. Namun, ini juga mencerminkan kesadaran tentang ketidakpastian hidup, yang bisa membawa kita pada refleksi tentang makna dan tujuan hidup itu sendiri.

Kutipan Soe Hok Gie 12

Ketika Hitler mulai membuas maka kelompok Inge School berkata tidak. Mereka (pemuda-pemuda Jerman ini) punya keberanian untuk berkata 'tidak'.

Gie mengagumi keberanian kelompok pemuda yang berani menentang kekuasaan Nazi, meskipun mereka tahu bahwa penentangan itu akan berujung pada kematian. Ini adalah penghargaan terhadap orang-orang yang berani melawan kezaliman dan ketidakadilan, bahkan jika itu berarti harus mengorbankan hidup mereka. Bagi Gie, perjuangan untuk kebenaran adalah hal yang lebih mulia daripada hidup dalam ketakutan atau kepasifan.

Kutipan Soe Hok Gie 13

Karena aku cinta pada keberanian hidup.

Salah satu quotes Soe Hok Gie tentang cinta, Gie menegaskan bahwa keberanian adalah kualitas yang paling ia hargai dalam hidup. Cinta terhadap keberanian hidup mengarah pada pengertian bahwa hidup adalah tentang menghadapi tantangan dan ketidakpastian dengan teguh. Ini adalah seruan untuk hidup dengan penuh semangat, meskipun penuh dengan rintangan dan risiko.

Kutipan Soe Hok Gie 14

Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi 'manusia-manusia yang biasa'.

Ini adalah salah satu quotes Soe Hok Gie tentang mahasiswa, yaitu agar mereka tidak hanya berfokus pada teori atau ideologi, tetapi juga menjadi manusia yang seimbang dan realistis. Gie menginginkan agar generasi muda dapat menjalani hidup dengan kesadaran penuh tentang eksistensi mereka, menjadi manusia yang tidak mengabaikan kenyataan hidup.

Kutipan Soe Hok Gie 15

Dunia ini adalah dunia yang aneh. Dunia yang hijau tapi lucu. Dunia yang kotor tapi indah. Mungkin karena itulah saya telah jatuh cinta dengan kehidupan.

Gie merayakan kontradiksi dalam kehidupan, yang meskipun penuh dengan ketidaksempurnaan, tetap memiliki daya tarik dan keindahannya sendiri. Ini adalah pandangan romantis terhadap dunia yang mengajarkan kita untuk menerima keanehan dan kerusakan sebagai bagian dari keindahan yang lebih besar.

Kutipan Soe Hok Gie 16

Saya mimpi tentang sebuah dunia dimana ulama, buruh, dan pemuda bangkit dan berkata, ‘stop semua kemunafikan!’

Gie bermimpi tentang dunia yang bebas dari kemunafikan dan kebencian, sebuah dunia di mana semua lapisan masyarakat bersatu untuk menciptakan perubahan positif. Ini adalah seruan untuk keadilan sosial, di mana tindakan konkret diambil untuk mengatasi masalah global seperti kelaparan dan kemiskinan, tanpa adanya politik atau kepentingan yang menindas.

Kutipan Soe Hok Gie 17

Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia merdeka.

Gie menggambarkan dua pilihan yang sering kali dihadapi banyak orang dalam kehidupan—untuk pasrah dan apatis atau mengikuti arus kehidupan yang sudah ditentukan. Ia memilih jalan merdeka, sebuah keputusan yang melibatkan keberanian untuk mengambil kendali atas hidup dan mengikuti prinsipnya sendiri.

Kutipan Soe Hok Gie 18

Dan seorang pahlawan adalah seorang yang mengundurkan diri untuk dilupakan seperti kita melupakan yang mati untuk revolusi.

Gie menyebut pahlawan sejati sebagai orang yang tidak mencari pengakuan atau pujian atas pengorbanannya. Pahlawan sejati bekerja untuk sebuah tujuan lebih besar, meskipun tidak dihargai atau diingat oleh masyarakat setelah mereka mengorbankan diri mereka. Ini adalah pandangan tentang pengorbanan yang tulus untuk perjuangan dan revolusi.

Kutipan Soe Hok Gie 19

Tapi sekarang aku berpikir sampai di mana seseorang masih tetap wajar, walau ia sendiri tidak mendapatkan apa-apa.

Gie merenung tentang batasan kewajaran dalam berkorban. Ia mempertanyakan sampai di mana seseorang bisa terus memberikan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan, dan apakah itu masih bisa dianggap sebagai tindakan yang wajar. Ini adalah refleksi mendalam tentang pengorbanan dalam hidup dan peran kita dalam memberikan sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.

Kutipan Soe Hok Gie 20

Tetapi kenang-kenangan demonstrasi akan tetap hidup. Dia adalah batu tapal daripada perjuangan mahasiswa Indonesia, batu tapal dalam revolusi Indonesia dan batu tapal dalam sejarah Indonesia. Karena yang dibelanya adalah keadilan dan kejujuran.

Kutipan ini menunjukkan penghormatan Gie terhadap demonstrasi sebagai bagian penting dari sejarah perjuangan Indonesia. Demonstrasi bagi Gie adalah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan, dan meskipun waktu berlalu, semangat perjuangan ini tetap hidup dalam kenangan. Gie melihat perjuangan mahasiswa sebagai penanda yang akan terus mengingatkan generasi mendatang tentang nilai-nilai keadilan dan kejujuran yang diperjuangkan, menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan sejarah bangsa.

Kutipan Soe Hok Gie 21

Kebenaran hanya ada di langit dan dunia hanyalah palsu dan palsu.

Gie menekankan pemikiran filosofis yang pesimistis mengenai kebenaran. Bagi Gie, kebenaran sejati hanya ada di dunia yang ideal atau transenden (di langit), sementara kenyataan dunia ini penuh dengan kepalsuan. Ini mengandung makna bahwa kehidupan sering kali dipenuhi oleh penipuan, baik secara individu maupun kolektif, dan kita harus berjuang untuk menemukan kebenaran dalam dunia yang penuh dengan kebohongan dan ilusi.

Kutipan Soe Hok Gie 22

Manusia dibentuk oleh ambisi mengenai masa depan, dibentuk oleh kenyataan-kenyataan kini, dan pengalaman-pengalaman masa lampau. Seorang pun tak dapat membebaskan dirinya dari masa lampau. Pengalaman-pengalaman pribadi memberi warna pada pandangan dan sikap hidup seorang untuk seterusnya.

Gie berbicara tentang pengaruh masa lalu, masa kini, dan masa depan dalam membentuk identitas dan pandangan hidup seseorang. Ia mengungkapkan bahwa kita tak dapat lepas dari masa lalu kita karena pengalaman-pengalaman itu membentuk cara kita melihat dunia dan berinteraksi dengan realitas. Ini menggambarkan gagasan bahwa siapa kita sekarang adalah hasil dari perjalanan hidup kita, dan kita tak bisa menghindari pengaruh masa lalu yang terus membekas.

Kutipan Soe Hok Gie 23

Tetapi aku mempunyai kesadaran yang teguh, bahwa ‘let the dead, be dead. There are man and women so lonely. They believe, god is now we.’

Gie menunjukkan pandangan filosofis yang lebih mendalam mengenai kematian dan eksistensi. Dengan mengutip frasa "let the dead, be dead", Gie mengajak kita untuk melepaskan masa lalu, termasuk mereka yang telah meninggal, dan fokus pada kehidupan yang terus berjalan. Ia juga menyentuh rasa kesepian yang bisa dirasakan oleh banyak orang, dan bahwa mungkin Tuhan atau makna hidup tidak lagi terletak pada kekuatan luar, tetapi pada diri kita sendiri sebagai manusia yang saling mendukung.

Kutipan Soe Hok Gie 24

Aku tidak percaya bentuk Tuhan apa pun, kecuali yang sesuai dengan idealku sendiri. Aku pun tak yakin (pasti malah) tentang ke-tak-ada-annya nasib. Juga tak percaya kita juga. Dewasa ini aku berpendapat bahwa kita adalah pion dari diri kita sendiri sebagai keseluruhan. Kita adalah arsitek nasib kita, tapi kita tak pernah dapat menolaknya. Kita asing, ya kita asing dari ciptaan kita sendiri. Itulah aku kira mengapa kita harus belajar sejarah dan dalam hal ini mengapa aku pesimis.

Kutipan ini menggambarkan pandangan Gie tentang eksistensialisme dan kepercayaan terhadap takdir. Gie tidak percaya pada Tuhan dalam bentuk tradisional, tetapi lebih kepada konsep Tuhan yang bersesuaian dengan ide dan nilai pribadinya.

Ia juga mengungkapkan pemikiran bahwa manusia adalah pembentuk nasib mereka sendiri, namun tetap terjebak dalam keterbatasan yang ditentukan oleh sejarah dan realitas. Pemikirannya yang pesimis mencerminkan keraguan terhadap kemungkinan untuk sepenuhnya mengubah nasib, mengingat pengaruh sejarah dan struktur sosial yang terus membentuk kita.

Kutipan Soe Hok Gie 25

Orang yang berani karena bersenjata adalah pengecut.

Gie menegaskan bahwa keberanian sejati tidak datang dari kekuatan fisik atau senjata, tetapi dari keberanian moral dan prinsip. Orang yang hanya berani karena senjata adalah pengecut karena mereka bergantung pada kekuatan luar untuk merasa aman.

Ini adalah kritik terhadap mereka yang menggunakan kekerasan atau kekuasaan untuk menutupi ketakutan atau kelemahan mereka, sementara keberanian yang sejati harus berasal dari dalam diri.

Kutipan Soe Hok Gie 26

Seseorang mau berkorban buat sesuatu, katakanlah, ide-ide, agama, politik atau pacarnya. Tapi dapatkah ia berkorban buat tidak apa-apa.

Gie menantang konsep pengorbanan. Ia mempertanyakan apakah kita masih mampu berkorban untuk sesuatu yang tidak memberikan keuntungan langsung atau materi.

Ini adalah refleksi tentang makna pengorbanan yang sesungguhnya—apakah kita siap berkorban untuk hal-hal yang lebih besar dari diri kita sendiri, meskipun itu tidak mengarah pada pencapaian pribadi atau material?

Kutipan Soe Hok Gie 27

Dunia itu seluas langkah kaki. Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya.

Gie mengajak kita untuk mengeksplorasi dunia dengan berani. Dunia ini, menurutnya, luas dan penuh dengan kemungkinan, namun hanya dengan melangkah dan mengalami kita bisa benar-benar memahami kehidupan. Kutipan ini adalah ajakan untuk hidup dengan penuh rasa ingin tahu dan tidak takut untuk menghadapi tantangan serta pengalaman baru.

Kutipan Soe Hok Gie 28

Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.

Gie mengungkapkan pandangan kritisnya terhadap sistem pendidikan dan peran guru. Menurutnya, guru harus terbuka terhadap kritik dan tidak bisa menganggap diri mereka sebagai sosok yang selalu benar, seperti dewa.

Ia juga menekankan bahwa murid bukanlah sosok yang pasif atau bodoh, yang hanya bisa menerima perintah tanpa berpikir. Gie mendorong adanya hubungan yang lebih setara antara guru dan murid, yang dapat saling mengkritik dan memperbaiki satu sama lain demi kemajuan bersama.

Kutipan Soe Hok Gie 29

Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.

Dalam quote ini, Gie menyampaikan perasaan frustrasi yang mendalam. Ia menggambarkan bagaimana perasaan sedih tidak lagi mampu membuatnya menangis, namun kemarahan justru menjadi alasan keluarnya air mata.

Ini mencerminkan kegelisahan Gie terhadap ketidakadilan dan kekecewaan terhadap situasi sosial dan politik yang membuatnya merasa tertekan, bahkan sampai pada titik kehilangan perasaan empati biasa dan hanya tersisa kemarahan.

Kutipan Soe Hok Gie 30

Makin redup idealisme dan heroisme pemuda, makin banyak korupsi.

Gie melihat bahwa penurunan idealisme dan semangat heroik di kalangan pemuda adalah salah satu faktor yang memperburuk masalah sosial, termasuk korupsi.

Ketika pemuda tidak lagi memiliki gairah untuk berjuang demi kebenaran dan keadilan, maka ruang bagi praktik-praktik korupsi semakin lebar. Gie menekankan pentingnya menjaga semangat perubahan yang datang dari generasi muda untuk memerangi ketidakadilan.

Kutipan Soe Hok Gie 31

Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.

Gie dengan tegas menunjukkan bahwa ia tidak bisa diam ketika melihat ketidakadilan atau kesalahan yang terjadi di sekitarnya. Baginya, membiarkan kesalahan terus berlangsung tanpa adanya tindakan adalah bentuk kejahatan moral.

Demonstrasi bagi Gie adalah cara untuk menyuarakan ketidaksetujuan dan menuntut perubahan, serta untuk memperbaiki kesalahan yang ada dalam masyarakat dan pemerintahan.

Kutipan Soe Hok Gie 32

Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi, suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.

Gie menyatakan pandangannya yang pesimis tentang dunia politik. Ia melihat politik sebagai sesuatu yang penuh dengan kotoran dan kepalsuan, yang sering kali merusak niat baik.

Namun, ia juga menyadari bahwa dalam beberapa situasi, kita tidak bisa menghindar dan harus terlibat langsung dalam politik demi perubahan yang lebih baik. Ini menunjukkan sikap pragmatis Gie terhadap realitas politik yang kompleks dan seringkali korup.

Kutipan Soe Hok Gie 33

Aku mengenali mereka, yang tanpa tentara mau berperang melawan diktator, dan yang tanpa uang mau memberantas korupsi.

Gie memberikan penghormatan kepada mereka yang berjuang untuk kebenaran dan keadilan tanpa bergantung pada kekuatan atau materi. Orang-orang ini, menurut Gie, adalah pejuang sejati yang tidak membutuhkan senjata atau uang untuk melawan tirani dan ketidakadilan.

Mereka berjuang dengan prinsip dan keyakinan, yang menunjukkan bahwa perjuangan melawan ketidakadilan tidak selalu membutuhkan kekuatan fisik atau kekayaan, tetapi juga keberanian dan integritas.

Kutipan Soe Hok Gie 34

Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis.

Gie menegaskan bahwa perjuangan untuk keadilan dan kemanusiaan harus terus ada. Ia mengingatkan kita bahwa kita harus melawan segala bentuk kedegilan hati, pengkhianatan, dan ketidakmanusiawian yang ada di sekitar kita.

Perjuangan ini tidak pernah berhenti, karena setiap bentuk penindasan atau ketidakadilan harus terus dilawan demi menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih adil.

Kutipan Soe Hok Gie 35

Bidang seorang sarjana adalah berpikir dan mencipta yang baru, mereka harus bisa bebas dari segala arus masyarakat yang kacau. Tapi mereka tidak bisa terlepas dari fungsi sosialnya. Yakni bertindak demi tanggung jawab sosialnya, apabila keadaan telah mendesak. Kaum intelejensia yang terus berdiam di dalam keadaan yang mendesak telah melunturkan semua kemanusiaan.

Gie berbicara tentang tanggung jawab sosial para sarjana atau intelektual. Ia berpendapat bahwa tugas utama seorang sarjana adalah berpikir kritis dan menciptakan sesuatu yang baru, tetapi mereka tidak bisa menutup mata terhadap keadaan sosial di sekitar mereka.

Ketika keadaan sudah mendesak, intelektual harus bertindak dan terlibat, bukan hanya berdiam diri. Jika mereka hanya terjebak dalam pemikiran dan tidak turun tangan dalam memperbaiki keadaan, maka mereka telah kehilangan kemanusiaannya.

Kutipan Soe Hok Gie 36

Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman se-ideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.

Gie mengkritik mentalitas sebagian mahasiswa yang cenderung berkuasa dan mementingkan golongan atau ideologi tertentu. Ia melihat bahwa banyak mahasiswa yang berpura-pura menjadi pembela kebenaran saat berada di posisi yang lemah, tetapi akan menindas dan memperjuangkan kepentingan golongan mereka ketika mereka memiliki kekuasaan.

Hal ini mencerminkan ketidakjujuran dalam perjuangan dan bagaimana generasi baru sering kali menjadi korban manipulasi oleh mereka yang lebih berpengalaman.

Kutipan Soe Hok Gie 37

Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.

Gie menegaskan bahwa patriotisme yang sejati tidak dapat berkembang melalui slogan kosong atau hipokrisi. Untuk benar-benar mencintai tanah air, seseorang harus mengenal dan berinteraksi langsung dengan rakyatnya.

Ia melihat perjalanan fisik sebagai simbol dari pertumbuhan jiwa yang sehat. Dengan mendaki gunung, Gie dan teman-temannya ingin menyatu dengan alam dan rakyat, menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang Indonesia, bukan hanya berdasarkan teori atau kata-kata belaka. Ini juga merupakan salah satu quotes Soe Hok Gie tentang alam dan Gunung.

Mengapa Kutipan Soe Hok Gie Begitu Mengena?

Kata-kata Gie terasa begitu autentik karena ia menulis berdasarkan pengalaman dan pemikiran yang jujur. Tidak ada kepura-puraan atau retorika kosong dalam kutipan-kutipannya. Setiap kalimat adalah hasil refleksi mendalam tentang kehidupan, cinta, keadilan, dan kemanusiaan.

Di era sekarang, ketika kita sering kali dihadapkan pada informasi yang dangkal dan keputusan yang penuh kompromi, kutipan Gie menjadi oase yang mengingatkan kita untuk tetap berpikir kritis dan bertindak dengan integritas.

Mana dari kutipan di atas yang paling menginspirasi Kamu? Atau mungkin Kamu memiliki kutipan favorit lain dari Soe Hok Gie? Bagikan di komentar, ya! 😊

Seorang penulis amatir yang selalu ingin belajar untuk terus mengembangkan diri dalam mencapai potensi penuh sebagai manusia bumi.