Fakta Ki Hadjar: Bapak Pendidik Utusan Rakyat yang Tak Tertandingi
URIEPEDIA.ID, - Berbicara tentang pendidikan Indonesia, nama Ki Hadjar Dewantara pasti jadi top of mind, selain karena tanggal lahirnya yang dijadikan hari nasional pendidikan juga perjuangannya yang tidak pernah lelah.
Tahukah kamu bahwa sosok Ki Hadjar Dewantara bukan hanya sekadar tokoh pendidikan? Ada banyak fakta menarik yang mungkin belum kamu tahu, dan setiap kali fakta-fakta beliau terungkap rasa kagummu semakin bertambah. Jadi, yuk kita bahas beberapa hal yang membuat beliau begitu luar biasa.
1. Nama Asli yang Sarat Makna
Ki Hadjar Dewantara sebenarnya lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Tapi, ada cerita menarik di balik perubahan namanya. Setelah melepaskan gelar kebangsawanan untuk lebih dekat dengan rakyat, beliau mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk simbolis bahwa pendidikan yang beliau perjuangkan adalah untuk semua kalangan, bukan hanya kaum priyayi. Arti Nama Ki Hadjar Dewantara antara lain: Ki adalah sebuah panggilan untuk orangtua yang dihormati, Hadjar artinya guru, Dewan artinya utusan, dan Tara artinya tiada tara atau tidak tertandingi yang bila disatukan menjadi Bapak Pendidik Utusan Rakyat yang Tak Tertandingi.
Langkah Ki Hadjar Dewantara ini menunjukkan betapa rendah hatinya beliau. Bahkan gelar bangsawan saja dianggap nggak penting dibanding perjuangan untuk mencerdaskan bangsa.
2. Hari Lahirnya Dijadikan Hari Pendidikan Nasional
Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya kenapa Hari Pendidikan Nasional jatuh pada 2 Mei? Yup, itu adalah tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara. Pemerintah memilih tanggal tersebut untuk menghormati perjuangan beliau dalam membangun fondasi pendidikan di Indonesia.
Apa yang beliau lakukan di era kolonial itu benar-benar groundbreaking. Di saat pendidikan hanya bisa dinikmati segelintir orang, Ki Hadjar mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922. Sekolah ini menjadi tempat di mana anak-anak pribumi, yang sebelumnya tidak punya akses, akhirnya bisa belajar dan berkembang.
3. Filosofi Pendidikan yang Masih Relevan Sampai Sekarang
Nah, kalau kamu pernah dengar frasa, “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”, itu berasal dari Ki Hadjar Dewantara. Artinya, “Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan”.
Maksudnya, hendaklah setiap diri kita menjadi guru yang ketika di depan memberikan teladan yang baik, saat di tengah murid atau masyarakat kita dapat meberikan inspirasi dan ketika di belakang kita dapat memberikan dorongan bagi murid atau masyarakat.
Kalimat ini nggak cuma indah, tapi juga filosofis banget. Bayangkan, beliau merancang konsep kepemimpinan dan pendidikan yang masih jadi pegangan hingga sekarang. Bahkan, slogan Tut Wuri Handayani terpampang jelas di logo Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia dengan nomor keputtusan 0398/M/1977, tanggal 6 September 1977.
4. Penulis yang Berani Mengkritik Pemerintah Kolonial
Sebelum mendirikan Taman Siswa, Ki Hadjar dikenal sebagai jurnalis dan penulis ulung. Salah satu tulisannya yang paling terkenal adalah artikel berjudul “Als Ik Eens Nederlander Was” (Seandainya Saya Orang Belanda). Artikel ini adalah kritik tajam terhadap pemerintah kolonial Belanda yang hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri tanpa peduli pada rakyat pribumi.
Sayangnya, tulisan itu membuat beliau diasingkan ke Belanda pada 1913 karena membuat pejabat Hindia Belanda marah. Tapi, di sana beliau justru belajar lebih banyak tentang pendidikan, yang akhirnya menginspirasi sistem Taman Siswa. Jadi, istilah berani karena benar benar-benar melekat pada sosok ini.
Ki Hajar menyelesikan pendidikannya di Europeesch Lagere School (ELS) yang kemudian melanjutkan ke STOVIA yaitu sekolah dokter bumiputera meskipun tidak tamat. Tapi karena kegemarannya dalam membaca berbagai genre buku ia tertarik menjadi penulis dan kemudian menjadi wartawan untuk sejumlah surat kabar terkemuka, diantaranya Midden Java, De Expres, Poesara, Kaoem Moeda, Oetoesan Hindia, dan Tjahaja Timoer.
5. Melepas Gelar Bangsawannya
Fakta Ki Hajar melepaskan gelar bangsawannya pada usia 40 tahun demi membela hak rakyat jelata untuk mendapatkan pendidikan sudah disinggung pada poin pertama. Tapi perlu Urie tegaskan lagi mengingat betapa ini adalah langkah yang luar biasa beliau ambil.
Hanya segelintir orang yang mau melakukan hal ini, bayangkan kamu adalah anak seorang raja, bisa hidup mewah tanpa mengkhawatirkan apapun, hidup sudah terjamin. Tapi Ki Hadjar mau melepas itu semua dan berjuang untuk masyarakat umum di era penjajahan itu hanya bisa dilakukan oleh seorang pahlawan-beliaulah pahlawan.
6. Ki Hajar Pianis Handal
Jika kamu berkunjung ke Museum Dewantara Kirti Griya, di sana terpampang sebuah piano klasik mewah warna coklat milik beliau, ini fakta bahwa Ki Hadjar adalah seorang pianis karena beliau sejak kecil memang lekat dengan kebudayaan.
Karena kecintaanya pada budaya beliau menguasai banyak sekali aspek seni seperti tari, musik dan sastra. Biasanya beliau memainkan piano tersebut ketika waktu luangnya sebagai pelepas penat dari aktivitas aktivis dan wartawan. Atau juga ia lakukan untuk menghibur isteri dan anak-anaknya.
Menurut Ki Hajar, dalam pendidikan budaya adalah hal terpenting yang menjadi ujung tombaknya.
7. Ki Hajar Sering Masuk Keluar Penjara
Fakta Ki Hajar sering masuk penjara adalah adanya seragam tahanan milik beliau yang juga terpampang di Museum Dewantara Kirti Griya.
Karena semangatnya dalam membela hak-hak rakyat pribumi, apalagi setelah beliau menyelesaikan pendidikan tatkala diasingkan di Belanda pada 1913. Bukannya kapok, beliau justru mendirikan kantor berita Indonesia (Indonesisch Pres Bureau) di sana.
Ia juga bergabung dengan beberapa organisasi pelajar Indonesia di sana dan mengajak mereka kembali ke Tanah Air untuk turut serta membangun pendidikan. Selama perjuangannya inilah beliau sering masuk keluar penjara.
8. Ki Hajar Pendiri Taman Siswa
Pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa atau Perguruan Nasional Taman Siswa berdiri. Berdirinya Taman siswa bukan tiba-tiba, tetapi sejak kecil Ki Hajar telah mengamati banyak masyarakat yang tidak berkesempatan untuk memperoleh pendidikan, hingga akhirnya beliau muwujudkan impiannya ini.
Sekolah Taman Siswa menjadi simbol bahwa pendidikan adalah hak setiap manusia, pendidikan tidak terkait dengan ras, tidak terkait dengan budaya, dan tidak terkait dengan otoritas.
Melalui sekolah ini Ki Hajar meyakini bahwa pendidikan adalah modal utama untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Melalui pendidikan kita dapat menumbuhkan semangat kebangsaan hingga dapat mengantarkan kita menjadi manusia yang berbudaya, bermartabat dan beradab.
Warisan yang Abadi
Sampai hari ini, konsep pendidikan yang dicanangkan oleh Ki Hadjar Dewantara masih terasa relevan. Pendidikan yang berakar pada budaya lokal, memberdayakan individu, dan membentuk karakter menjadi salah satu prinsip yang beliau perjuangkan.
Saya sering berpikir, tanpa beliau, mungkin pendidikan kita nggak akan seperti sekarang. Memang masih banyak tantangan, tapi fondasi yang beliau bangun tetap kokoh.
Pelajaran dari Sosok Ki Hadjar Dewantara
Kalau saya belajar satu hal dari Ki Hadjar Dewantara, itu adalah keberanian untuk melawan ketidakadilan, apapun risikonya. Beliau percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk memerdekakan bangsa, bukan hanya dari penjajahan fisik, tetapi juga dari kebodohan.
Mungkin ini pengingat buat kita juga. Pendidikan bukan cuma soal nilai akademik, tapi juga tentang membentuk manusia yang punya karakter kuat dan peduli pada sesama.
Nah, itulah beberapa fakta menarik tentang Ki Hadjar Dewantara. Kalau kamu punya cerita lain soal beliau, feel free untuk share di komentar! 😊
Join the conversation