Bergabunglah di grup telegram Urie Join now

Review Paths of Glory 1957: Sebuah Karya Anti-Perang yang Memukau

Path of Glory adalah salah film anti-perang terbaik yang dirilis pada tahun 1957 yang di sutradarai oleh Stanley Kubrick.
Review Paths of Glory 1957: Sebuah Karya Anti-Perang yang Memukau

URIEPEDIA.ID, - Paths of Glory (1957) adalah salah satu film yang selalu muncul dalam pembicaraan tentang film anti-perang terbaik sepanjang masa yang dirilis pada tahun 1957.

Film ini disutradarai oleh Stanley Kubrick, yang dikenal dengan gaya sinematiknya yang unik dan kemampuannya untuk mengeksplorasi tema-tema kompleks. Meskipun bukan film pertama yang menggambarkan absurditas perang, Paths of Glory memiliki keistimewaan tersendiri berkat cara Kubrick mengolah cerita, karakter, dan visual yang mendalam.

Bagi Uriepedia, menonton film ini adalah pengalaman yang menggugah sekaligus mencengangkan, terutama ketika kita mempertimbangkan latar belakang sejarah yang dihadirkan dalam film ini.

Cerita dan Tema Anti-Perang

Film ini berlatar belakang Perang Dunia I, dengan plot yang berfokus pada sebuah unit tentara Prancis yang terjebak dalam perintah yang sangat berbahaya dan tidak mungkin untuk dipenuhi. Mereka diperintahkan untuk menyerbu posisi musuh yang hampir mustahil untuk diambil, dengan hasil yang sudah bisa diprediksi—kekalahan yang sangat besar.

Apa yang membuat film ini semakin kuat adalah fokus Kubrick pada pengorbanan yang sia-sia dan kejamnya hierarki militer yang seringkali lebih peduli pada kehormatan dan laporan yang baik daripada kehidupan prajurit di lapangan.

Cerita bermula ketika jenderal Prancis yang keras, Jenderal Mireau (diperankan oleh George Macready), memutuskan untuk menyerbu posisi musuh yang disebut "The Anthill", sebuah posisi yang sangat kuat dan tampaknya tidak bisa ditembus. Ketika pasukan gagal mencapai tujuan mereka, sejumlah tentara dipilih untuk diadili atas tuduhan desersi dan dihukum mati.

Colonel Dax (diperankan oleh Kirk Douglas) menjadi pembela mereka, namun dalam proses peradilan yang sangat tidak adil, segalanya tampak sudah terhitung. Dax, seorang mantan pengacara, mencoba yang terbaik untuk membela mereka, tetapi di hadapan sistem yang cacat, perjuangannya tidak berarti banyak.

Salah satu tema utama yang diangkat dalam Paths of Glory adalah ketidakberdayaan individu dalam menghadapi struktur kekuasaan yang besar dan kejam. Tentara menjadi korban, bukan hanya karena perang itu sendiri, tetapi juga karena kegagalan para pemimpin yang lebih tertarik pada status dan kemenangan politik daripada kesejahteraan prajurit mereka.

Kubrick dengan cermat menunjukkan betapa perang bisa mengurangi nilai kehidupan manusia menjadi statistik dan laporan. Ini adalah salah satu kekuatan terbesar film ini, bagaimana ia menggambarkan absurditas perang dan dampaknya terhadap manusia secara sangat tajam dan tidak bernuansa.

Karakter yang Mendalam dan Performanya

Kirk Douglas, yang memerankan Colonel Dax, memberikan penampilan yang luar biasa dalam film ini. Dia berhasil menghidupkan karakter seorang pemimpin yang berani dan penuh integritas, namun terjebak dalam situasi yang mustahil.

Dax bukanlah karakter yang sempurna, tetapi perannya sebagai pengacara yang berjuang untuk membela bawahannya yang tidak bersalah menciptakan momen emosional yang sangat kuat dalam film ini. Saya merasa terhubung dengan perjuangannya yang tampak sia-sia, namun tetap tidak menyerah.

Sementara itu, para tentara yang menjadi korban sistem juga dipilih dengan cermat. Mereka bukan hanya sekedar latar belakang untuk cerita, tetapi memiliki keunikan dan cerita masing-masing, sehingga penonton bisa merasakan kedalaman karakter mereka, meskipun mereka hanya muncul sejenak di layar.

Misalnya, peran yang dimainkan oleh Ralph Meeker dan Timothy Carey sebagai tentara yang dihukum mati menunjukkan betapa mereka adalah bagian dari mesin perang yang lebih besar, yang pada akhirnya menelan mereka.

Sinematografi dan Penggunaan Kamera Kubrick

Tak bisa dipungkiri, Paths of Glory juga sangat terkenal karena sinematografi yang memukau. Kubrick, yang juga bertindak sebagai salah satu pengarah fotografi, menggunakan komposisi gambar yang sangat cermat untuk memperkuat tema dan suasana film.

Salah satu momen yang paling mengesankan adalah ketika kamera bergerak mengikuti pasukan yang maju dalam serangan mereka. Dengan menggunakan teknik pengambilan gambar yang cermat dan pencahayaan yang dramatis, Kubrick menciptakan perasaan ketegangan dan absurditas yang menegangkan.

Salah satu pengambilan gambar paling ikonik adalah adegan di ruang pengadilan, di mana Dax membela para tentara yang dihukum. Kamera memfokuskan wajah Dax yang penuh kecemasan, menggambarkan ketegangan emosionalnya dalam menghadapi sistem yang korup. Momen-momen seperti ini benar-benar memperlihatkan seberapa kuat sinematografi dalam menyampaikan pesan film tanpa perlu kata-kata yang berlebihan.

Kesimpulan: Kenapa Paths of Glory Masih Relevan Hingga Kini

Pada akhirnya, Paths of Glory adalah film yang tidak hanya menampilkan horor perang, tetapi juga mengangkat isu-isu moral dan etis yang lebih besar, seperti ketidakadilan, pengorbanan yang sia-sia, dan keteguhan dalam melawan kekuasaan yang tidak adil.

Melalui karakter-karakternya yang mendalam, sinematografi yang memukau, dan cerita yang penuh ketegangan, film ini berhasil menjadi karya yang relevan meskipun sudah lebih dari 60 tahun sejak dirilis. Saat menontonnya, saya merasa benar-benar tergugah untuk berpikir lebih dalam tentang makna perang, korban yang ada di dalamnya, dan sistem yang menjalankannya.

Paths of Glory bukan hanya sekedar film perang biasa. Ini adalah sebuah pernyataan tentang ketidakadilan perang yang bisa menyentuh siapa saja, bahkan setelah bertahun-tahun. Jika Anda belum menontonnya, saya sangat merekomendasikan untuk melakukannya. Anda akan mendapatkan lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga pelajaran yang sangat berarti tentang keberanian, pengorbanan, dan kebenaran.

Menulis banyak topik tentang krisis identitas, insecure, anxiety, overthinking dan kesehatan mental lainnya dipadukan dengan budaya pop dan filsafat.