Bergabunglah di grup telegram Urie Join now

Potensi Kecerdasan yang Tidak Terbatas pada Manusia

Kamu pasti pernah mendengar Ali bin Abi Thalib, Ibnu Sina, Einstein dan para jenius lain dimasanya, menurutmu bagaimana mereka bisa secerdas itu?

Semua orang tentu memiliki cita-cita yang ingin dicapai suatu hari nanti, bahkan sejak kecil kita sudah ditanyai Ketika dewasa nanti mau jadi apa?, dengan mudahnya kita bisa menjawab pertanyaan itu. ada yang ingin jadi insinyur, jendral, presiden, dokter, guru, dan sebagainya.

Semakin kita dewasa semakin sadar bahwa sebenarnya menggapai cita-cita itu tidaklah mudah, tidak sedikit dari kita yang mulai mengubah arah bahkan menyerah pada impiannya, mengingat kemampuan diri sendiri dalam memepelajari pengetahuan sudah kesulitan, ada yang sulit menghafal dan mengingat, ada yang kesulitan berkonsentarasi, ada yang sudah paham Ketika belajar tapi lupa Ketika keluar majlis (kelas) orang bilang masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Apalagi kalau yang dipelajarinya adalah pelajaran yang tidak di sukai, belajar matematika misalnya udah kayak ketemu monster yang nyeremin. Atau belajar sejarah yang selalu lupa atau ketuker tanggal sebuah peristiwa. Atau bawaannya pengen minum obat pusing saat menghafal rumus dalam fisika. Dan lain sebagainya .. (komen buat nambahin)

Potensi Kecerdasan yang Tertanam Dalam Diri Setiap Insan

Potensi Kecerdasan yang Tidak Terbatas pada Manusia

Apa penyebab semua itu? apakah memang pelajaran tersebut sangat sulit ? atau otaknya yang ga kuat disuruh kerja keras ? tapi masa sih otak kita selemot itu, toh bukan made in china kan?. Otak kita itu made by Allah loh, so pasti powerfull dong.

kita bisa lihat begitu banyak ilmuan yang berpengaruh di dunia ini contohlah Al-Khawarizmi penemu Algoritma dan Al-jabar tanpanya computer tidak mungkin hadir, tanpa computer internet dan social media tidak akan ada hari ini.

atau bapak kedokteran dunia yaitu Ibnu Sina (Avi Cena) yang menulis banyak buku yang salah satu bukunya dapat melahirkan jenius selanjutnya yaitu Albert Einstein.Lainnya ada Al-Ghazali, Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Battani, Jabir bin Hayyan, Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Masih banyak para ulama sekaligus ilmuan yang luar biasa lainnya, baik di bidang syariat maupun bidang umum, Masyaallah..

Saat ini khususnya di Indonesia tercinta kita ini, angka minat baca masih rendah, para pelajar rata-rata masih kurang bergairah dalam belajarnya. Ada berbagai faktor yang menjadi penyebab semua itu, misalnya pola hidup yang tidak teratur seperti kebiasaannya yang malas-malasan, tidak mau bersabar dalam belajar, terlalu membuang-buang waktu dengan bermain-main.

Cara berfikir yang kurang baik seperti sudzon kepada Allah SWT, mudah menyerah, kurang motivasi untuk belajar, tidak mementingkan adab dan akhlaq.

Faktor lain seperti asupan makanan yang kurang bergizi dan kurang baik untuk tubuh terutama otak, asupan makanan ini juga menjadi factor yang sangat penting untuk tubuh terutama otak (lain kali kita akan bahas tentang pengaruh makanan terhadap kehidupan kita). Selain itu factor iman dan taqwa juga berpengaruh terhadap kepandaian sesorang nah, kali ini yang akan kita bahas adalah yang terakhir ini.

Tahukah kita, bapak dari semua manusia yaitu Nabiyuallah Adam As adalah manusia pertama yang memiliki kecerdasan yang luar biasa, apa buktinya ? telah di jelaskan dalam Al-Qur’an

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!”

(QS. Al-Baqarah  [2]:31)

Bekal yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Adam as adalah Ilmu pengetahuan untuk mengenali semua benda-benda yang ada di langit dan di bumi, coba anda bayangkan ada berapa banyak benda-benda yang ada di bumi dan yang ada di langit ini ?

Saking banyaknya kita tidak mungkin bisa untuk mengenalinya apalagi menghafalnya. Jangankan yang ada dilangit yang di bumi saja sudah luar biasa banyak bukan?. Dan bukan hanya sekedar tahu nama-nama benda tersebut, melainkan juga tahu sifat-sifat dan kekuatan serta potensi yang terkandung di dalamnya.

So the question is.. seberapa besar kapasitas memory di otak Nabi Adam As Untuk dapat menampung semua nama-nama benda yang ada di alam semesta ini? Masyaallah.. Selain itu, dalam suatu Riwayat nabi Adam As juga dapat berbicara dalam 700.000 (tujuh ratus ribu) bahasa yang berbeda. Allahu Akbar..

Lantas bagaimana dengan kita yang merupakan keturuannya ?. kebayang dong bapak kita saja bisa memiliki ilmu yang begitu luhur dan luas lalu mengapa kita tidak ? ya, kan ? meskipun tidak menyamai Nabi Adan As minimal seperti Para Salafus Shalih yang telah disebutkan diatas.

Maka pertanyaanya sekarang, bagamaina agar kita dapat menjadi cerdas seperti mereka? nah ayo sama sama belajar memahami caranya sebagai berikut

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa kita adalah anak keturunan Adam, yang mana artinya kita juga mewarisi sifat dan kecerdasan beliau. Namun perbedaanya adalah Nabi Adam adalah Nabi, sedangkan kita bukan Nabi.

Setiap para nabi memiliki fitrah diajarkan pengetahuan secara langsung oleh Allah SWT, sehingga memiliki kecerdasan yang luar biasa. sedangkan kita keturunanya, hanya manusia biasa maka kecerdasan tersebut diberikan dalam bentuk potensiyang mana potensi itu lah yang musti di keluarkan.

Bagaimana cara untuk mengeluarkan potensi tesebut? teman-teman sudah tahu jawabannya yaitu belajar (membaca), ga ada cara lain selain belajar, oleh sebab itulah wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Sholallahu A’laihi wa sallam adalah


اِقْرَأْ بِا سْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ 

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,"

(QS. Al-'Alaq 96: Ayat 1)

Meski demikian, belajarnya itu bukan hanya menjadi formalitas, tapi harus ada proses belajar yang baik, yang teratur dan bisa mendapatkan hasil yang maksimal maka, Al-Quran memeberikan solusinya yaitu Ta’lim (pengajaran) dan Tarbiah (pendidikan).

Perbedaan keduanya yaitu Talim (pengajaran) adalah proses mentransfer ilmu pengetahuan saja. sedangkan Tarbiah (Pendidikan) adalah pendidikan yang di sertai dengan perhatian yang dalam terhadap murid atau si penerima ilmu.

Aspek yang betul-betul di perhatikan ini meliputi pertumbuhannya dirawat, kelebihannya dijaga dan di pertahankan, kekurangnya di perbaiki dan tingkatkan dan seterusnya. Oleh sebab itu jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses belajar maka Kedua hal tersebut tidak boleh di pisahkan. Jadi harus disatukan proses ta’lim dengan tarbiahnya.

Jadi ketika guru mentransfer pengetahuannya disaat bersamaan jangan tinggalkan aspek tarbiahnya perhatikan setiap murid, kekurangannya dilengkapi, kelebihannya diangkat dan di pertahankan.

Perhatikanlah pada kaidah wahyu pertama diatas, yang mana :

اِقْرَأْ = Merupakan aspek Talimnya

بِا سْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ = Aspek Tarbiahnya

Allah SWT sampaikan Baca, baca, tapi bukan sekedar baca. Baca bukan karena memang harus dibaca. Baca bukan karena memang ada aspek pengetahuan yang harus di baca, baca bukan karena harus pintar. Tapi baca بِا سْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ Atas nama tuhanmu, yang merawatmu, yang memperhatikan kamu, yang menunjukan segala kebaikan dan menciptakan kamu begitu mudahnya.

Kenapa ayat Iqra di sandingkan dengan kalimat khalaq, Para pakar tafsir mengatakan seakan-akan Allah ingin menyampaikan pesan bahwa proses orang yang menuntut ilmu itu, hakikatnya bukan untuk sekedar pandai. Tapi agar dapat menciptakan dan merawat dirinya dalam hidupnya, sehingga menghasilkan nilai-nilai kehidupan yang sempurna.

Jadi tujuan pembelajaran pada dasarnya bukan untuk menajdi pintar. Tapi kepintaran itu bisa membantu proses kehidupan kita.

Oleh sebab itu para Salafus Shalih yang telah saya mention di atas yang karya-karyanya sampai kini memberikan maslahat bagi kehidupan di muka bumi ini, sejak awal mereka membangun semua persepsi ilmunya didasari dengan niat yang kuat hanya untuk lillah (untuk ibadah).

Seperti yang telah di perintahkan oleh Allah SWT dalam firmannya :

وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّٰهُ

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 282)

Bertaqwalah kepada Allah maka Allah akan ajarkan pengetahuan.

Taqwa adalah meningkatkan ibadah dan menjauhi maksiat, karena maksiat adalah penyebab utama kebodohan dan karena Al-ilmu nurun (ilmu adalah cahaya) dan cahaya allah tidak akan diturunkan kepada pelaku maksiat.

Kesimpulannya bila kita ingin meningkatkan kecerdaasan dan membuka potensi yang tertanam dalam diri kita yaitu :

  1. Menyadari bahwa sebagai anak keturunan Nabi Adam, kita memiliki potensi yang luar biasa yang sudah Allah tanamkan di dalam diri kita
  2. Niat, sebagaimana perintah Allah SWT segala sesuatu bila di niatkan karena lillah maka hasilnya pasti Allah berikan yang terbaik. Oleh karenanya jangan niatkan mencari ilmu itu hanya untuk dunia saja. Karena sayang sekali dunia itu hanya kurang lebih 60 tahun saja, akhirat abadi. Pun kalau dunia dapat itu hanyalah setetes air di lautan.
  3. Taqwa dan sabar dalam menuntut ilmu, Taqwa itu meningkatkan ibadah bukan hanya dari segi kuantitasnya saja tapi juga dari Kualitasnya. Ayoo yang masih bolong-bolong shalatnya segera perbaiki dan lengkapi, yang sudah istiqamah 5 waktu alhamdulillah mari perbaiki terus kualitasnya. Dimulai dari tepat waktunya, bersih badan dan pakaianya, dan tulus Niatnya. Untuk Laki-Laki jangan mau rugi hanya shalat sendiri dirumah, cuma dapet satu loh pun kalau diterima.. masa ga mau di kasih 27 ? Ya kan, 27 pun minimal. Lalu mari tambah sunnahnya dikit-dikit karena sunnah itu indah teman-teman. Terakhir jauhi maksiat, nah ini yang berat, mari sama-sama berjuang untuk bukan hanya jauh dari maksiat tapi juga enggan untuk mendekatinya. Mudah-mudahan Allah SWT selalu memberikan kita kekuatan untuk melakukannya. (La haula wala kuwata ila billah)

Terakhir saya sertakan pesan Imam Syafi’I terhadap para penuntut ilmu, beliau berkata :

من لم يذق مر التعلم ساعة, تجرع ذل الجهل طول حياته

Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan

Wallahu’alam …

References
  1. Penjelasan diatas merupakan rangkuman dari kajian Ustad Adi Hidayat (All credits kepada beliau), bila ada kesalahan itu murni dari saya (silahkan dikoreksi)
  2. Nasehat Imam Syafi’i Kepada Para Penuntut Ilmu : https://islamsantun.org/opini/nasehat-imam-syafii-kepada-para-penuntut-ilmu/
  3. Minat Baca Bisa Tingkatkan Kesejahteraan : https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/32739/t/Minat+Baca+Bisa+Tingkatkan+Kesejahteraan
Seorang penulis amatir yang selalu ingin belajar untuk terus mengembangkan diri dalam mencapai potensi penuh sebagai manusia bumi.