Bergabunglah di grup telegram Urie Join now

Review Film Oppenheimer sang pencipta bom atom pada Perang Dunia II

Film ini dibintangi oleh Cillian Murphy sebagai Oppenheimer dan disertai oleh jajaran aktor ternama lainnya seperti Emily Blunt, Matt Damon, RDJ

Siapa sebenarnya J. Robert Oppenheimer? Sosok di balik julukan "Bapak Bom Atom" ini menyimpan banyak misteri. Film Oppenheimer mencoba mengungkap sisi lain dari seorang ilmuwan jenius yang harus menanggung beban moral atas penemuannya. Mari kita telusuri bersama bagaimana film ini menyajikan persimpangan antara ambisi ilmiah dan tanggung jawab moral dalam konteks sejarah perang.

Disclaimer tulisan ini dibuat berdasarkan berbagai sumber dan beberapa interpretasi pribadi Jadi kalau ada sesuatu yang salah atau kurang tepat Dimohon untuk segera dikoreksi dan kami menantikan saran dari kalian semua.

Uriepedia - Review Film Oppenheimer sang pencipta bom atom pada Perang Dunia II
Review Film Oppenheimer sang pencipta bom atom pada Perang Dunia II

Ulasan film Oppenheimer

Pada akhir perang dunia kedua terjadi sebuah peristiwa besar sebuah tragedi kemanusiaan yang membuka mata dunia yang menyadarkan manusia bahwa dunia tidak akan sama lagi pada tanggal 6 Agustus Amerika Serikat menjatuhkan bom atom uranium jenis bedil yang diberi nama littleboy nama yang cukup Imut untuk sebuah senjata pemusnah massal Bom ini dijatuhkan di Hiroshima presiden Amerika Serikat Harry S Truman meminta Jepang menyerah 16 jam kemudian dan memberi peringatan akan adanya hujan reruntuhan dari udara yang belum pernah terjadi sebelumnya di muka bumi namun saat itu Jepang memilih untuk terus bertahan dan melawan.

Lalu tiga hari kemudian pada tanggal 9 Agustus Amerika Serikat menjatuhkan bom plutonium jenis implosi bernama fatman di Nagasaki yang membuat Jepang menyerah tanpa syarat nah kali ini kita tidak akan membahas tentang Perang Dunia ke-2 secara keseluruhan tetapi kita akan membahas sesuatu yang tersembunyi di balik layar yang melibatkan seorang tokoh terkenal Oppenheimer kita akan membahas peristiwa terciptanya bom atom sesuatu yang kelak akan dikenal sebagai proyek Manhattan.

Latar Belakang

Proyek ini terbentuk sebenarnya berawal dari kekhawatiran pemerintah Amerika Serikat terhadap kemungkinan Jerman Nazi mengembangkan senjata nuklir yang dapat mengubah dinamika perang. Sekitar akhir tahun 1930-an Pada saat itu terdapat dua ilmuwan Jerman Otto Hahn dan Fritz Strassman bersama dengan Lise Meitner seorang ilmuwan Austria berhasil menemukan bahwa penyerapan neutron dapat menyebabkan terpecahnya atom-atom uranium. Ketika laporan tentang penemuan ini tersebar seorang Fisikawan Italia bernama Enrico Fermi melihat potensi besar yang bisa dihasilkan jika penemuan ini diterapkan dalam bidang kemiliteran. Fermi kemudian menghubungi angkatan laut Amerika Serikat dan mengusulkan pembuatan senjata atom, namun tanggapan dari pemerintah mereka Serikat baru didapatkan beberapa bulan kemudian

Setelah Albert Einstein menulis sepucuk surat kepada Presiden Amerika Serikat kala itu Franklin D Roosevelt dalam surat tersebut Einstein memperingatkan bahwa Jerman diduga sedang mengembangkan proyek bom atom yang memiliki potensi destruktif yang sangat besar. Hal inilah yang mendorong presiden Roosevelt untuk membentuk Komite penasihat uranium pada tahun 1940. Kemudian pada tanggal 9 Oktober 1941 presiden Roosevelt mengambil langkah yang cukup drastis ia memberikan persetujuan bagi program pengembangan bom atom yang akan menggentarkan tatanan dunia

Dalam pengembangan proyek ambisiusnya ini ia menjalin kolaborasi dengan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill dan seperti lonceng yang berdenting serangan Jepang yang menghujani Pearl Harbour menjadi cambuk kuat yang mendorong Amerika Serikat untuk segera menggelorakan proyek perencanaan bom yang memiliki kekuatan paling dahsyat. Keesokan harinya Amerika Serikat melompat masuk ke dalam perang besar perang dunia ke-2 dan saat itu jugalah gelombang dana yang begitu deras mulai mengalir untuk membangun senjata nuklir yang bakal mengubah takdir dan akhirnya pada bulan Agustus 1942 bayangan yang tersembunyi itu akhirnya memperoleh wujud nyata dalam nama proyek Manhattan

Dua sosok yang mengemban misi kepemimpinan dalam proyek ini adalah Vanner Bush dan Mayor Jenderal Leslie Groves menghiasi pula Barisan Para elit adalah Ernest O. Lawrence yang ditunjuk sebagai panglima proyek sedangkan Enrico Fermi didaulat sebagai penasihat ilmuan proyek Manhattan memperkerjakan lebih dari 100.000 orang dalam prosesnya dan melibatkan banyak ilmuwan terkemuka pada masanya termasuk Robert Oppenheimer

Mengenal J Robert Oppenheimer

Julius Robert Oppenheimer dikenal sebagai ahli fisika Amerika Serikat sekaligus penemu bom atom yang telah menghancurkan Kota Hiroshima dan Nagasaki pada perang dunia kedua. Ia sering disebut-sebut sebagai Bapak bom atom Oppenheimer lahir di New York City pada tanggal 22 April 1904 Oppenheimer adalah anak dari generasi pertama imigran Yahudi Jerman yang menjadi kaya melalui perdagangan tekstil dan disaat yang sama ibunya merupakan seorang pelukis.

Menurut Bird and Sherwin penulis biografi yang telah meraih banyak penghargaan dengan karyanya yang berjudul "American Prometheus: The Triumph and Tragedy of J. Robert Oppenheimer" Rumah keluarga Oppenheimer adalah sebuah apartemen besar di Upper West Side dengan 3 pelayan seorang sopir dan terdapat karya seni Eropa yang terpajang di dinding rumahnya namun terlepas dari asuhan yang mewah ini Oppenheimer dikenal sebagai orang yang murah hati oleh teman masa kecilnya seorang teman sekolah Jean Didisheim mengingatnya sebagai seseorang yang sangat mudah tersipu yang sangat lemah pipinya sangat Merah Jambu sangat pemalu tetapi juga sangat cerdas

Dengan sangat cepat semua orang mengakui bahwa dia berbeda dari yang lain dan terasa Superior katanya Saat memasuki tahun terakhir sekolah di sekolah budaya dan Etik minatnya dalam ilmu kimia muncul pada usia 18 tahun Ia melanjutkan studi di Universitas Harvard dengan jurusan kimia di kampus ini ia dipertemukan dengan mata kuliah tentang Termodinamika yang menarik perhatiannya dan menginspirasinya untuk mengeksplorasi lebih jauh ke dalam fisika eksperimenta.

Bird dan Sherwin juga menyebut Oppenhimerce sebagai teka-teki dia merupakan seorang Fisikawan teoritis yang menampilkan kualitas Karisma dari seorang pemimpin besar seorang estetik Gus yang memelihara ambiguitas Dia adalah seorang ilmuwan tetapi sebagian temannya yang lain pernah menggambarkannya sebagai manipulator imajinasi kelas 1. Pada tahun 1924 Oppenheimer diterima di Universitas Cambridge di sana ia semakin terbenam ke dalam ilmu fisika hingga teman-teman yang menyebut Oppenheimer sebagai seseorang yang memiliki kecenderungan untuk merusak diri sendiri dikarenakan ia menghabiskan waktunya untuk merokok dan berpikir yang dalam tentang fisika

Disebutkan pula bahwa ia sampai-sampai jarang makan dan tidur Oppenheimer kemudian pindah ke Universitas Gottingen yang merupakan pusat fisika teori termasuk di dunia dan ia berhasil meraih gelar PhD dan Pada tahun 1927 ia kembali ke Harvard untuk mempelajari fisika matematika dan menjadi anggota dewan riset nasional dan pada awal tahun 1928 ia melanjutkan studinya di Institut Teknologi California.

Oppenheimer merupakan sosok yang dihormati sebagai pioneer dalam mendirikan sekolah fisika teoritis Amerika ia mengukir namanya dalam berbagai bidang penelitian yang mengagumkan. Oppenheimer meneliti secara mendalam tentang astrofisika, fisika nuklir, spektroskopi dan teori Medan Quantum. Kontribusinya yang luar biasa dalam teori hujan Sinar kosmik menjadikannya sosok yang mengemuka, serta perannya yang tak ternilai dalam mengembangkan pemahaman tentang fenomena penerowongan kuantum.

Tidak hanya itu pada tahun 1930-an dia menorehkan sejarah tentang orang pertama yang mengajukan gagasan tentang eksistensi Apa yang kini kita kenal sebagai lubang hitam atau black hole dan ketika perang dunia kedua dimulai Oppenheimer dengan penuh semangat terlibat dalam upaya pengembangan bom atom yang telah menghabiskan sebagian besar waktunya di fasilitas laboratorium radiasi Lawrence di Barkley hingga akhirnya pada Juni 1942 Jenderal Leslie Groves menunjuk Oppenheimer sebagai Direktur laboratorium Lost alamos yang menjadi pusat dari proyek Manhattan.

Pengembangan Proyek Manhattan

Pada awalnya, Proyek Manhattan tidak dirancang untuk mengembangkan bom, melainkan meriam nuklir. Cara kerja dari meriam ini cukup rumit karena harus membenturkan dua massa plutonium berkecepatan tinggi dalam bom atom. Alhasil, pembuatan meriam ini tidak diteruskan karena dianggap terlalu sulit bagi para ilmuwan kala itu. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dan mempekerjakan lebih dari 100.000 fisikawan ternama baik dari Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada dalam prosesnya.

Mereka bekerja sama untuk mempelajari dan memahami mekanisme reaksi fisi nuklir, pemisahan isotop, dan desain prototipe bom atom. Robert Oppenheimer dan ilmuwan terkenal seperti, Enrico Fermi, dan Richard Feynman terlibat dalam riset dan desain ini. Dalam otobiografinya tahun 1979, What Little I Remember, fisikawan kelahiran Austria Otto Frisch mengenang bahwa Proyek Manhattan terbilang sangat besar.

Tercatat hingga 1944, yang lebih dari 90 persen biayanya digunakan untuk membangun gedung penelitian dan memproduksi bahan fisil. Sedangkan 10 persen lainnya digunakan untuk pengembangan dan produksi senjata. Meskipun penelitian ini dilakukan di lebih dari 30 lokasi yang tersebar di Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.

Namun, Tiga 'kota rahasia' dipilih sebagai pusat dari penelitian tersebut, yaitu Oak Rigde, Los Alamos, dan Hanford. Oppenheimer sendiri mengawasi pembangunan dan administrasi laboratorium di Los Alamos, sebuah gurun kering yang luas di New Mexico. Setelah pembangunan selesai, ia membawa para ahli fisika terbaik untuk mengerjakan cara membuat bom atom.

Pada akhirnya, Oppenheimer mengelola lebih dari 3.000 orang sambil menangani masalah teoritis dan mekanis yang muncul selama pembuatan bom atom. Proyek Manhattan diketahui mengembangkan dua jenis bom atom secara bersamaan, yaitu sebagian besar dikerjakan di Oak Ridge, Tennessee. Oppenheimer adalah jantung emosional dan intelektual dalam Proyek Manhattan: lebih dari siapapun dia telah membuat bom atom itu menjadi kenyataan.

Jeremy Bernstein yang bekerja bersamanya setelah perang, meyakini bahwa tak ada orang lain yang mampu melakukannya. Seperti yang tertulis dalam biografinya pada tahun 2004, Potrait of an Enigma jika Oppenheimer bukanlah direktur di Los alamos Saya yakin bahwa baik atau buruk perang dunia kedua akan berakhir tanpa menggunakan senjata nuklir.

Korban Jiwa dalam Proyek Manhattan

Tentu saja ketika dihadapkan dengan proyek sebesar ini belum lagi ketika menyangkut pengembangan senjata nuklir yang berbahaya risiko adanya kecelakaan kerja tidaklah kecil melalui laporan-laporan yang ada terungkap bahwa terdapat 24 kematian selama berjalannya proyek Manhattan sebagian besar dari kematian ini adalah akibat kecelakaan konstruksi namun terdapat dua kisah tragis ilmuwan yang mengguncang proyek Manhattan menorehkan jejak kepedihan yang memilukan.

Pertama Harry Daghlian dia secara tak sengaja menjatuhkan bata tungsten carbide ke rakitan inti plutonium, dan akhirnya melepas batu bata tersebut, yang kemudian melibatkan reaksi tak terkendali. akhirnya ia terkena dosis radiasi mematikan menderita selama sebulan penuh di lorong rumah sakit sebelum akhirnya dia meninggal sementara Louis Slotin mengalami kecelakaan setelah obeng yang ia gunakan untuk memodifikasi bagian atas reflektor berilium neutron yang berada di atas inti uranium tergelincir setengah inti atom jatuh dan sang ilmuwan terpapar radiasi mematikan yang mengantarkannya ke pintu kematian dalam waktu 9 hari akhirnya pasca 2 kematian ini inti plutonium itu disebut sebagai "inti setan".

Pengujian Trinitas

Harry Truman yang baru saja menggantikan Roosevelt sebagai Presiden AS, segera mempelajari Proyek Manhattan. yang dinamakan Trinity di dekat Alamogordo, New Mexico. Tidak diketahui pasti kenapa Oppenheimer memilih nama "Trinity" untuk lokasi pengujiannya.

Namun, pada tahun 1962, pemimpin Proyek Manhattan Jenderal Leslie Groves menulis kepada Oppenheimer, ia menanyakan tentang asal usul nama Trinity. Menurut salinan surat yang merupakan bagian dari koleksi Pusat Riset Keamanan Nasional Lab, Oppenheimer berkata, Oppenheimer kemudian mengutip soneta "Hymn to God, My God, in My Sickness" tentang seorang pria yang tidak takut mati karena dia percaya pada kebangkitan.

Oppenheimer melanjutkan, "itu masih belum menjadi tritunggal, tetapi dalam puisi renungan lain yang lebih dikenal, Donne Mengatakan, Batter my heart, three person'd God. Diluar ini saya tidak punya petunjuk apapun" Ketika menyangkut tempat dan keadaan medan saat pengujian, para ilmuwan menginginkan visibilitas yang baik, kelembaban yang rendah, angin sepoi-sepoi di ketinggian rendah, dan angin barat di ketinggian tinggi untuk pengujian. Cuaca terbaik diprediksi antara 18 dan 21 Juli, tetapi Konferensi Postdam akan dimulai pada 16 Juli dan Presiden Harry S. Truman ingin pengujian dilakukan sebelum konferensi dimulai.

Maka dari itu, Trinity dijadwalkan diledakkan pada tanggal 13 Juli, tetapi karena cuaca buruk, percobaan itu tidak jadi dilaksanakan akhirnya diputuskan bahwa tanggal 16 Juli adalah waktu yang terbaik. Tes dijadwalkan jam 4 pagi, tetapi saat itu turun hujan dan akhirnya peledakan dilakukan pada pagi hari pukul 05.29.45 waktu setempat. Ketika bom akhirnya diledakkan di atas menara baja, kilatan cahaya kuat menerangi pegunungan di sekitarnya yang dikatakan lebih terang dari siang hari dan berlangsung selama satu hingga dua detik.

Kemudian disusul datangnya gelombang panas yang tiba-tiba diikuti oleh ledakan suara yang menggema di lembah. Sebuah bola api merobek langit dan kemudian dikelilingi oleh awan jamur raksasa yang membentang mencapai ketinggian 7,5 mil atau sekitar 12,1 km dan gelombang kejutnya dapat dirasakan hingga 160 kilometer jauhnya.

Dengan kekuatan yang setara dengan sekitar 21.000 ton TNT, bom tersebut benar-benar melenyapkan menara baja tempatnya bersandar. Ledakan itu meninggalkan kawah sedalam 4.7 kaki atau 1.4 m dan selebar 330 m. Kawah tersebut melumerkan pasir gurun dan mengubahnya menjadi lapisan kaca hijau tipis, yang kemudian disebut trinitit.

Saat menyaksikan ledakan itu, Oppenheimer kemudian mengenang bahwa dia memikirkan sebuah ayat dari kitab suci Hindu, Bhagavad Gita (XI,12):

"Jika pancaran seribu matahari meledak sekaligus kelangit, itu akan menjadi seperti kemegahan yang perkasa."

Peristiwa ini, menandai dimulainya sebuah era baru yang disebut, "era nuklir."

Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki

Banyak yang menganggap proyek Manhattan sebagai proyek gagal. Bagaimana tidak, biaya proyek yang jauh melebihi anggaran yang ditetapkan, belum lagi kematian ilmuwan saat prosesnya.

Namun, pemerintah AS sendiri menganggapnya sukses. Mau bagaimanapun, Proyek ini dilahirkan dengan tujuan yang jelas, yaitu membekali Amerika Serikat untuk melawan keganasan Nazi Jerman dan ancaman mematikan dari Jepang dalam Panggung Perang Dunia II. Tentu, jika kita melihat dalam perspektif tersebut, proyek ini pastinya berhasil.

Namun, perlu diingat bahwa proyek ini hanya menghasilkan dua bom atom saja. Kedua bom yang dihasilkan dalam proyek ini masing-masing diberi nama Little Boy dan Fatman, Little Boy sendiri dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 kemudian selang beberapa hari setelahnya, tepatnya pada tanggal 9 Agustus 1945 Fatman dijatuhkan di kota Nagasaki, Kehancuran yang dibawa oleh kedua bom ini tidaklah main-main. Menurut Science Max bom Hiroshima menewaskan sekitar 90,000- 120,000 orang baik yang meninggal seketika atau selama beberapa minggu dan bulan berikutnya karena cedera atau penyakit radiasi akut sedangkan bom yang meratakan kota Nagasaki  tiga hari kemudian telah merenggut 60000 hingga 70000 nyawa . Jumlah korban ini masih merupakan perkiraan kasar dikarenakan seperti yang dijelaskan oleh sosiolog sains Susan Lindee dari University of Pennsylvania, ia menulis di dalam bukunya "Suffering Made Real: American science and the survivors at Hiroshima",

Ketika bom atom dijatuhkan di Hiroshima, dampaknya begitu dahsyat sehingga sebagian besar mayat yang berada di dekat hiposenter atau titik ledakan terkuat benar-benar terbakar atau hancur menjadi abu akibat suhu yang sangat tinggi. Bahkan ada beberapa kasus di mana tubuh manusia menguap akibat panas dari energi yang dilepaskan. Selain itu, banyak mayat korban yang hanyut ke laut setelah serangan tersebut.

Beberapa korban yang sekarat dan mencoba mencari bantuan di sungai-sungai di sekitar Hiroshima akhirnya meninggal dan jasad mereka terbawa oleh arus sungai menuju laut. Kondisi ini menyebabkan kesulitan dalam menghitung jumlah korban dengan presisi. Kejadian ini jugalah yang nantinya mendorong negara-negara besar untuk berlomba-lomba menciptakan senjata nuklir, khususnya selama Perang Dingin, antara Amerika serikat dan Uni soviet.

Epilog

Sejarawan James A Hijiya dalam dalam “The 'Gita' of J. Robert Oppenheimer mengungkapkan bahwa Oppenheimer percaya adalah tugas para ilmuwan untuk membuat bom atom tetapi tugas negarawan untuk memutuskan Apakah atau bagaimana itu digunakan Namun ternyata Ia tetap tak bisa membohongi dirinya sendiri

Sekitar dua dasawarsa setelah ledakan bom atom di Los Amos pada 16 Juli 1945 pada suatu acara wawancara TV Oppenheimer menegaskan

"kita tahu dunia tak akan pernah sama setelah ditemukannya bom atom beberapa orang tertawa beberapa orang menangis dan sebagian besarnya hanya diam. Saya teringat pada kitab suci Hindu Bhagavad Gita. di mana Sri Krishna meyakinkan Arjuna untuk menunaikan tugasnya dalam menumpas Kurawa lalu Sri Krishna bertiwikrama menjadi raksasa menyeramkan serta sumber"

"Kini aku menjadi maut, penghancur dunia."

Kutipan tersebut bagaimanapun telah banyak disalah tafsirkan Seperti penjelasan sejarahwan Alex Wallerstein dalam blognya Oppenheimer bukanlah Krisna atau Wisnu Bukan Dewa yang mengerikan bukan pula penghancur dunia dia adalah Arjuna Pangeran manusia Dia adalah orang yang tidak benar-benar ingin membunuh saudara-saudaranya sesamanya tapi dia telah diperintahkan untuk berperang oleh sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri fisika fisi bom atom Perang Dunia Kedua apapun itu dan baru pada saat itu benar-benar mengungkapkan sifatnya melalui testernitas dia sepenuhnya melihat mengapa dia seorang pria yang membenci perang terpaksa berperang itu adalah bom yang ada di sini untuk dihancurkan 

Oppenheimer hanyalah orang yang menyaksikannya mau bagaimanapun Oppenheimer berbeda dari Arjuna yang legowo menunaikan tugasnya untuk membasmi habis 100 Kurawa sejak Agustus 1945 sampai akhir hayatnya Oppenheimer yang wafat pada tahun 1967 di Prince New Jersey justru terus dihantui rasa bersalah atas karyanya berupa dua bom atom yang menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki

karyanya yang terus-menerus menghantui semua orang setelahnya baik itu para perang dingin maupun padadetik ini sejauh ini telah mengetahui kejenasan dan cerita di balik pembuatan senjata pemusnah massal tersebut kita pun sampai pada pertanyaan Apakah para ilmuwan dan penelitian terlibat dalam proyek Manhattan ikut bertanggung jawab atas banyaknya kematian yang terjadi akibat senjata buatan mereka itu dan pertanyaan yang lebih besar apakah penggunaan senjata nuklir bisa dibenarkan secara moral terima kasih

Seorang penulis amatir yang selalu ingin belajar untuk terus mengembangkan diri dalam mencapai potensi penuh sebagai manusia bumi.