Mendahulukan akal daripada Iman
Bismillah ..
Akal menurut KamusBesarBahasaIndonesia adalah daya pikir [untuk memahami sesuatu dan sebagainya].
Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali adalah tempat aktifitas logika, yaitu tempat pengetahuan yang mengolah pengetahuan yang diperoleh dari indera sesuai dengan spesifikasi pengetahuan tersebut
Iman adalah Menurut bahasa Arab, kata iman berakar pada kata amana – yu’minu – imana yang secara harfiah atau etimologis dapat diartikan sebagai percaya dan yakin. Secara bahasa, iman bisa diartikan membenarkan ( sebagai tashdiq ) yang maknanya hampir sama secara istilah
Mahluk yang pertama kali menggunakan akal untuk menentang iman adalah iblis yang Ketika itu masih Bernama Azazil pemimpin para Malaikat. Kala itu Ketika Nabi Adam Alaihis Salam telah diciptakan dan semua malaikat diperintahkan untuk sujud, iblis adalah satu-satunya yang menentang perintah tersebut.
Dia berfikir bahwa dirinya tercipta dari api yang lebih mulia daripada Adam yang terbuat dari tanah, dia juga menambahkan bahwa dirinya sudah ribuan tahun beribadah menyembah Allah dibandingkan Adam yang bisa dikatakan anak kemarin sore. karena iblis lebih menggunakan akal dibandingkan iman maka diapun akhirnya di laknat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Contoh lainnya yaitu ketika kan’an anak Nabi Nuh A’laihis Salam lebih memilih mendaki bukit yang tinggi dibadingkan naik bahtera Nabi Nuh A’laihis salam, ia berfikir bahwa menaiki bahtera Nabi Nuh yang penuh oleh setiap mahluk itu bisa bocor dan tenggelam sedangkan banjir tidak mungkin mencapai bukit yang tinggi, itulah sebabnya ia celaka mirip dengan iblis.
Dijaman modern ini, dimana sains dan teknologi merajalela. telah membuat umat muslim terlena akan kehebatannya. sebab sains dan teknologi saat ini tidak hanya merambat pada bidang umum tapi juga masuk kedalam syariat agama, memang tidak bisa di pungkiri juga bahwa sains dan teknologi memiliki banyak mashlahat atau manfaat bagi kehidupan.
Namun bila sudah masuk kedalam area syariat maka sebagai orang muslim kita harus pandai-pandai menjaga diri agar tidak berkahir seperti iblis dan kan’an yang lebih mengutamakan akal dibandingkan Iman.
Namun realitasnya sekarang ini sudah berapa banyak orang muslim (awam atau lemah imannya) yang lebih mengutamakan akal dibandingkan iman, contohnya saja Ketika ditanya kenapa makan babi haram ?
Seketika itu orang muslim “modern” menjawab karena babi mengandung cacing pita yang sangat berbahaya. Padahal Allah memerintahkan untuk tidak memakannya sebab utamanya, bukan karena perkara mudaharatmelainkan patuh atau tidaknya hamba tersebut.
Fenomena ini bisa kita lihat Ketika para ilmuan sedang viral-viralnya dapat membuktikan ke ajaiban Al-Qur’an. Bahkan sampai sekarang penelitian-penelitian terkait, baik itu syariat ataupun kandungan Ayat Al-Quran dan hadist masih berlangsung oleh para ilmuan.
Tidak sedikit dari mereka yang memutuskan menjadi mualaf setelah mendapatkan hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala akibat berhasil mendapatkan logika dibalik syariat maupun kandungan ayat alquran dan hadist. Ini adalah hal yang baik bagi orang cerdas.
Namun hal ini mejadi boomerang bagi masyarakat muslim lain yang masih awam atau lemah imannya. Sebagaimana yang saya contohkan diatas tentang iblis dan kan’an. Ada contoh lainnya yaitu Ketika para ilmuan berhasil menemukan manfaat dari setiap Gerakan shalat terutama Ketika sujud, yang mana dikatakan bahwa otak memerlukan aliran darah dan akan terpenuhi secara total Ketika melakukan sujud.
Sehingga hal ini akan membuat orang yang lemah imannya (orang awam) secara tidak sadar akan mengubah niatnya yang tadinya Pure untuk ibadah atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi hanya ingin manfaat dari Gerakan shalat tersebut.
Dan masih banyak lagi contoh kasus lainnya. Memang, mengetahui manfaat dari logika yang di terangkan oleh sains atas syariat tidak lah salah, namun kita harus sadar dan mengerti bahwa akal tidak akan pernah bisa melampaui iman. Adakalanya akal akan berbenturan dengan Iman, bila itu terjadi maka kita harus mantap untuk memilih iman dibandingkan akal.
Contoh saja peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Bila dipikirkan tentu tidak akan masuk logika, namun begitulah perkara iman, tidak selalu bisa diterangkan oleh logika, karena sebab itulah kita selalu berdoa agar meninggal dalam keadaan membawa iman dan islam. karena Iman begitu berharga untuk umat muslim.
Wallahu’alam
Join the conversation